Sabtu, 28 April 2012

Justin Bieber Caci-Maki Indonesia



Konser Justin Bieber di Sentul Internationl Convention Center 23 April 2011 berlangsung begitu meriah. Ribuan fans Justin Bieber berteriak histeris mengelu-elukan kehadiran penyanyi belia itu ke Indonesia. 

Namun, setahun berselang, Justin Bieber justru menyatakan hal yang jauh berbeda.

Bieber, yang kala itu menyebut Indonesia negara yang menyenangkan kini justru menghina Indonesia dengan menyebut Indonesia sebagai negara Random (tidak jelas). Hal itu dikemukakan Bieber saat mempromosikan album terbarunya, Believe di London, Inggris. 

Dalam acara The Voice yang dipandu Reggie Yates, Justin Bieber memperkenalkan tiga lagu dalam albumnya itu. Yang pertama adalah All Around the World. Namun belum selesai lagu itu diputar, Bieber menghentikan lagunya dengan mengatakan kualitas sound lagu itu buruk. 

"Kualitas suaranya begitu buruk," ketus Justin Bieber. 

Yates kemudian mencoba berbasa-basi dengan menanyakan perasaannya yang dibandingkan dengan Justin Timberlake setelah mencoba menggunakan suara falsetto dalam single barunya, Boyfriend. Namun lagi-lagi Bieber menjawabnya dengan ketus. 

"Aku tidak mengikuti Justin Timberlake," ketusnya sebelum akhirnya memperkenalkan single lainnya, As Long As You Love Me dengan mengatakan."Ini merupakan lagu yang sangat sangat menarik." "Tapi mungkin akan terdengar buruk dengan speaker ini." 

Kekasih Selena Gomez ini kemudian menjelaskan bahwa hal itu tidak lepas dari proses rekaman yang begitu buruk. 

"Aku sedang berada di negara yang random (Tidak Jelas)," kata Bieber yang kemudian dijelaskan sang manajer, Scott Braun, negara yang dimaksud adalah Indonesia. 

"Saya melakukan rekaman di sebuah studio. Di sebuah tempat yang kecil. Dan mereka (orang Indonesia) tidak tahu dan mengerti atas apa yang mereka lakukan." 

Atas hal ini, sejumlah komentar bermunculan. Tak sedikit yang mencibir pernyataan Justin Bieber tentang Indonesia, mengingat ribuan penggemarnya di Indoensia begitu mencintai Justin.


Jumat, 06 April 2012

Pensil


Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.
“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?” Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, “Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai.”

“Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti” ujar si nenek lagi.
Mendengar jawab ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai. “Tapi nek sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya.” Ujar si cucu. Si nenek kemudian menjawab, “Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini.” “Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini.” Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.

“Kualitas pertama,
Pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya”.

“Kualitas kedua,
Dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.

“Kualitas ketiga,
Pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar”.

“Kualitas keempat,
Bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.

“Kualitas kelima,
Adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”.



Jumat, 23 Maret 2012

Kamu


kamu yang memasuki kehidupanku
kamu mewarnai hariku
kamu mengubah hatiku
kamu mendatangkan seribu alasan untuk aku tersenyum
seribu alasan untuk aku menangis
boleh aku bertanya?
benarkah semua itu dari hatimu?
ketulusanmu?
jika tidak, mengapa kamu ada disini?
Tahukah kamu aku sulit melepasmu?
Mungkin suatu saat aku bisa melepasmu, tapi tidak sekarang..
kamu yang selalu membuatku tersenyum dengan nyanyianmu
canda tawamu, tingkah laku lucu darimu…
kamu….

Senin, 19 Maret 2012

Hafila Daeng Nginga (82 tahun) Merana di Saat Tua

Bayangkanlah seandainya dia adalah nenek kita. 
Sudah tua, badannya tidak sekuat dulu tatkala muda
Uang pun dia tak punya. 
Anak cucu entah ke mana. 
Di umurnya yang sudah renta, cuma bisa duduk di ranjangnya sahaja. 
Itu pun sebuah ranjang yang berada di sisi sebuah kamar mandi terbuka. 
Saat malam, dinginnya tak terkira. 
Saat siang, nyaris tak ada bedanya. 
Oh, betapa malangnya nasibmu nenek tua. 
Pemerintah ini memang tidak bisa mengurus warganya yang menderita.
Apalagi SBY paling bisanya cuma bilang "Saya prihatin" saja.




Foto : Tempo Interaktif

Hati dan Logika 2


Hati dan Logika selalu bersama, tapi tak pernah beriringan. Mereka memilih jalannya yang berbeda. Ya, sebenarnya walau mereka berjalan bersama, terkadang mereka acuh tak acuh. Tak mau bergandeng tangan, bahkan enggan menatap yang di sebelahnya. Seperti bermusuhan. Tapi keadaan menjadikan mereka satu.

Kadang Batin mempertemukan mereka, hanya untuk mengajak bicara. Tapi akhirnya mereka berselisih.
Batin hanya bisa menggelengkan kepala dan memenangkan satu di antara mereka.

Satu. Ya, cuma satu.
Dan biasanya Hati yang berkuasa.

Ah, mungkin selamanya Hati dan Logika tak mampu berjalan beriringan, walau tetap harus bersama.

Suatu hari, Hati dan Logika bertemu di persimpangan, hati enggan menyapa, bahkan memalingkan muka. Sungguh ia tak ingin bertemu Logika yang kejam itu. Dalam pikirnya, Logika cuma satu : kejam.

Logika menyapa, mengangkat kepalanya tinggi-tinggi seolah lupa, pertempuran kemarin, perselisihan terbesar mungkin, dimenangkan juga oleh Hati. Hati yang pulang dengan kemenangan walaupun memar sana-sini. Memarnya tak hilang juga.

"Hai, Hati, apa kabarmu hari ini?", katanya jumawa.

"Baik", Hati menjawab singkat.

"Mengapa wajahmu masih biru? Masih sakitkah seperti dihujam sembilu?", ada nada mengejek dalam setiap katanya.

Hati hanya tersenyum dan, Logika pun jelas melihat, ada bahagia tersirat.

"Ya. Masih memar. Tapi aku bahagia.", ujarnya singkat.

"Ah, dasar bodoh. Bahagia katamu? Macam bahagia karena luka-luka? Sudah gila rupanya. Apa kamu tak punya logika? Oh iya, Logika itu kan aku."

dan Logika pun tertawa. Keras dan masih jumawa.

"Bilang saja aku gila. Tapi aku bahagia. Cukup untuk mengatasi setiap luka."

dan Hati hendak berbalik pergi.
Tapi Logika menahannya.

"Tunggu! Tunggu. Aku masih ingin tahu. Mengapa kau tak mengalah saja? Ketahuilah. Jika kau saat itu mengalah, lukamu tak akan parah.", Logika akhirnya tak bisa menyembunyikan keheranannya.

"Ya. Memang."

"Lalu?"

"Memang demikian. Tapi aku tak tahu harus bagaimana bertanggung jawab pada cinta, jika aku mengalah.
Aku tak tahu bagaimana harus menopangnya yang mungkin akan jauh lebih terluka, daripada luka yang kutanggung saat ini."

Logika terdiam.
Hati terdiam.
Dan Logika angkat suara.

"Masih tak inginkah kau beri tempat juaramu padaku?"

"Tidak"

"Bilang saat kau mau."

"Tidak akan. Aku harap tidak akan."

"Baiklah", Logika menghela nafas, "Kau mau ke mana?"

Hati tersenyum, jauh lebih ramah dan tulus.

"Ke sana, ke tempat yang jauh di masa nanti. Ke depan. Pokoknya bergerak maju tanpa henti.", ujarnya dengan semangat yang mendadak hadir.

"Aku antar.", kata Logika.

"Tidak," Hati menggeleng. "Kita tetap bersama, namun selamanya kita tak beriringan. Lagipula untuk menuju ke sana ku sudah punya kawan."

"Siapa?"

"Waktu."

"Oh."

"Logika, kelak kita bertemu lagi dalam pertempuran baru. Bersama Batin yang hanya sanggup menggeleng dan mengangguk, dan memilih satu. Lain waktu. Lain kali. Dan kita tak persoalkan lagi perselisihan kemarin ini."

"Baiklah."

"Dan satu lagi," Hati menghentikan langkahnya, "Saat kita bertemu, memar ini pasti tak lagi ada."

"Kita lihat saja," Logika tergelak.

"Ah, kau kan sudah kuberi tahu aku berjalan bersama siapa."

"Siapa?"

"Waktu..."

Logika tersenyum.
Hati juga tersenyum dan melambaikan tangannya.

"Sampai jumpa, Logika."

"Sampai jumpa, Hati."

Dan di persimpangan itu mereka bertemu, dan di persimpangan itu mereka berpisah.


Minggu, 18 Maret 2012

Sakit hati : Sambalnya cinta



Saat merasakan, mendapatkan dan sedang dikuasai oleh cinta, seseorang pasti akan merasa dirinya punya mood yang selalu senang  dalam keadaan apapun.

Karena saat cinta sedang merasuki jiwa seseorang, sudah pasti merasa diri mendapat pengakuan, perlakuan yang diinginkan dan mendapat sanjungan yang membuatnya merasa terlindungi, harapannya adalah selamanya dan tak akan berakhir.

Namun seiring berjalan waktu, kedinamisan perasaan cinta itu banyak berhubungan dengan pihak-pihak luar individu yang bercinta, interaksi dengan pihak luar yang melibatkan pasangan tak selamanya disukai, tak selamanya disetujui dan tak selamanya cocok, mengakibatkan jika salahsatu pasangan tak mendukung apa yang dilakukan atau sebaliknya, dan dua-duanya berlawanan, timbullah perasaan terkhianati dan tak merasa didukung, padahal tadinya sudah saling merasa cocok dan berkomitmen juga merasa tak ada yang lain dihati selain “kamu”.

Maka timbul rasa sakit hati yang dalam, rasa sakit hati yang dikarenakan terlalu cinta dan merasa dicintai, sakit hati yang timbul karena maksud hati tak ingin cintanya ternoda oleh sesuatu yang mengganggu kenyamanan, dikarenakan pengaruh luar dua individu yang bercinta atau keadaan lain yang menghampiri.

Jika dikelola, rasa sakit hati ini bukanlah rasa yang harus jadi masalah dalam percintaan, ini karena masalah “ketakutan” dan “ketidak inginan” seseorang cintanya terganggu, rasa sakit hati bisa ditelaah lebih dalam agar terjadi anggapan yang tak berarti negatif.

Cinta, ibarat sepiring hidangan istimewa disuatu jamuan, ketika melahapnya tanpa rasa lain, tak akan nikmat dikunyah dan lidah ingin merasakan variasi agar makanan yang dikunyah terasa lebih enak juga puas ditelan, dan jika hidangan tersebut sangat cocok dibubuhi sambal pedas, sudah pasti ketahuan selera masakan yang memang cocok dibumbui pedas, ya sambal, sambal rasanya pedas tapi nikmat rasanya, begitupun dengan sakit hati pada percintaan, rasanya pedas seperti sambal namun sakit hati itu sebagai refleksi dalamnya ungkapan cinta juga, yang semakin menambah arti cinta itu.

Rasa sakit hati bisa menjadi bumbu sambal dari cinta yang pernah ada atau yang sedang dijalani, seperti makan pakai sambal, jadi terasa maknanya, dalam hubungan yang luas dan tak serta merta hanya hubungan dua insan saja, rasa sakit hati dapat dipandang sebagai  ungkapan cinta yang dalam yang lebih dan beralasan kuat dalam menyampaikan maksud dan tujuan, bukan sebagai sikap yang ditujukan untuk kebencian.

Selasa, 13 Maret 2012

Hati Dan Logika

Hati dan logika, dua kata yang berbeda konsep namun saling menopang satu sama lain. Jalan pikir logika adalah berdasar apa yang kita butuhkan, benar atau salah. Sedangkan hati adalah berdasarkan apa yang kita inginkan, emosi, tidak peduli benar atau salah. Hati lebih perasa, tapi rapuh. Logika kuat tak terkira, namun tega. Hati dan logika memang tidak bisa berjalan beriringan, namun mereka selalu bersama.


Ya, inilah yang terjadi dan inilah sebuah kesalahan besar yang saya lakukan. Logika jauh lebih berat melebihi hati. Saya teringat akan ucapan seorang teman, "Boi, hati yang udah lama tertutup saat terbuka kembali akan rapuh dan mudah hancur". Awalnya saya tidak mengerti, saya hanya tau dia berkata sesuatu tentang sebuah hati. Tapi ternyata tidak, saya baru mengetahui kalau dia ternyata mengatakan sesuatu dan saya tidak peduli. Dan sesuatu itu memang benar terjadi. Sakit, hancur, itulah yang saya rasakan selama 3 bulan ini. Ya, hati yang terbuka ini hancur lebur, remuk redam.
Saat logika melebihi hati akan sulit menyeimbangkan keduanya, begitu pula sebaliknya. Saat hati melebihi logika akan sulit meyakinkan bahwa logika itu benar. Saat ini saya belum bisa mengesampingkan perasaan hati, entah mengapa yang terjadi. Logika sudah berkata bahwa hal ini salah, tapi tetap hati jauh lebih kuat dan berusaha untuk tetap bertahan. Entah ini adalah cobaan atau sebuah pelajaran hidup.
Dengan kejadian ini saya sadar, hati dan logika harus seimbang. Hati dan logika harus berjalan bersama, saat hati tidak peduli akan kesalahannya logika akan mengingatkan hati tersebut. Begitu juga sebaliknya, saat logika berjalan tanpa perasaan, hati akan mengingatkan logika tersebut.
Jadi sudah seimbangkah hati dan logika anda?
Cinta adalah soal hati, tapi memilih adalah logika. Cintailah seseorang dengan hatimu, tapi jangan biarkan ia yang tampil ketika kau memilih. Tuhan memberimu logika untuk berperan disana. Dan jangan sekali-kali mempertentangkannya, karena Tuhan menciptakan keduanya untuk saling mengisi, bukan membenci.