Selasa, 13 Maret 2012

Hati Dan Logika

Hati dan logika, dua kata yang berbeda konsep namun saling menopang satu sama lain. Jalan pikir logika adalah berdasar apa yang kita butuhkan, benar atau salah. Sedangkan hati adalah berdasarkan apa yang kita inginkan, emosi, tidak peduli benar atau salah. Hati lebih perasa, tapi rapuh. Logika kuat tak terkira, namun tega. Hati dan logika memang tidak bisa berjalan beriringan, namun mereka selalu bersama.


Ya, inilah yang terjadi dan inilah sebuah kesalahan besar yang saya lakukan. Logika jauh lebih berat melebihi hati. Saya teringat akan ucapan seorang teman, "Boi, hati yang udah lama tertutup saat terbuka kembali akan rapuh dan mudah hancur". Awalnya saya tidak mengerti, saya hanya tau dia berkata sesuatu tentang sebuah hati. Tapi ternyata tidak, saya baru mengetahui kalau dia ternyata mengatakan sesuatu dan saya tidak peduli. Dan sesuatu itu memang benar terjadi. Sakit, hancur, itulah yang saya rasakan selama 3 bulan ini. Ya, hati yang terbuka ini hancur lebur, remuk redam.
Saat logika melebihi hati akan sulit menyeimbangkan keduanya, begitu pula sebaliknya. Saat hati melebihi logika akan sulit meyakinkan bahwa logika itu benar. Saat ini saya belum bisa mengesampingkan perasaan hati, entah mengapa yang terjadi. Logika sudah berkata bahwa hal ini salah, tapi tetap hati jauh lebih kuat dan berusaha untuk tetap bertahan. Entah ini adalah cobaan atau sebuah pelajaran hidup.
Dengan kejadian ini saya sadar, hati dan logika harus seimbang. Hati dan logika harus berjalan bersama, saat hati tidak peduli akan kesalahannya logika akan mengingatkan hati tersebut. Begitu juga sebaliknya, saat logika berjalan tanpa perasaan, hati akan mengingatkan logika tersebut.
Jadi sudah seimbangkah hati dan logika anda?
Cinta adalah soal hati, tapi memilih adalah logika. Cintailah seseorang dengan hatimu, tapi jangan biarkan ia yang tampil ketika kau memilih. Tuhan memberimu logika untuk berperan disana. Dan jangan sekali-kali mempertentangkannya, karena Tuhan menciptakan keduanya untuk saling mengisi, bukan membenci.

Tidak ada komentar: